Minggu, 26 Oktober 2025, MA Alif Laam Miim menggelar kegiatan parenting dan rapotan tengah sumatif tahun ajaran 2025/2026 bersama Prof. Dr. H. Ahmad Taufiq, S.Pd.,M.Si. Beliau selaku pembina MA Alif Laam Miim sekaligus sosok inspiratif santri kinasih dari ulama masyhur Prof. KH. Imam Mawardi. Saat ini Prof. Taufiq juga sebagai guru besar Fisika di Universitas Negeri Malang. Telah banyak anak didik beliau yang sukses menembus dunia internasional. Kepiawaian beliau dalam membimbing dan mendidik umat tidak dapat diragukan lagi.
MA Alif
Laam Miim menyadari bahwa, keberhasilan anak tidak hanya dapat dilihat
dari satu sisi aspek akademik. Anak-anak telah bertumbuh pada masa remaja yang semakin
kompleks rasa ingin tahu dan keiinginannya. Dengan demikian, MA Alif Alif Laam
hadir memfasilitasi pertumbuhan anak yang kompleks tersebut dengan seminar
parenting yang diadakan bertepatan dengan rapotan sumatif tengah semester ini.
Hal itu guna, membangun sinergi dengan orang tua sebagai kolaborator pendidikan
anak. Sebagaimana disampaikan oleh Prof Taufiq, bahwa orang tua memiliki 5
peran yang sangat urgen untuk keberlangsungan pendidikan dan kesuksesan anak,
yakni diantaranya; Pertama, orang tua sebagai pendoa. Kedua, orang tua sebagai
motovator bil hal dan bil lisan. Ketiga, orang tua sebagai penyabar. Keempat,
orang tua sebagai pendengar. Kelima, orang tua sebagai kolaborator pendidikan.
Maka dalam peran-peran tersebut, MA Alif Laam Miim bersama Prof Taufiq pada
acara parenting ini mengangkat tema terkait "Urgensi Wali Santri Dalam Menggapai
Kesuksesan"
Dalam
mengoptimalkan peran sebagai wali santri, maka hal yang pertama dan utama
adalah keikhlasan. Selanjutnya wali santri juga harus memiliki kepekaan
emosional terhadap anak. Prof Taufiq menyatakan demikian bahwa:
"Anak-anak kita telah besar dan dewasa,
sehingga kita harus memahami perubahan emosional dan keinginannya. Jika Anak
kita mudah sensitif dan frustasi, maka selaku orang tua jangan sampai ikut sensitif.
Sebagai orang tua, dengarkan dengan tanpa menghakimi dan berikan dorongan
spritual melalui kekuatan nasehat. Anak-anak cendrung mencari identitas sosial,
mencari jati diri, solusinya adalah dorong dengan kegiatan positif. Dukung
minat anak-anak kita. Jadikan pola asuh yang luwes tapi jelas" Ujar
prof Taufiq
Akan
tetapi Pertumbuhan yang semakin kompleks di zaman digital ini, tidak perlu dirIsaukan
berlebih, karena seyogyanya langkah wali santri dalam memondokkan anak adalah
langkah yang paling tepat untuk pertumbuhan dan pendidikan anak. Ibu Nyai Hj
Ida Rohmah SusianI juga menyatakan bahwa melalui pondok pesantren akan lahir
generasi-generasi bangsa yang tidak hanya memiliki kecerdesan intelektual, akan
tetapi lahir santri yang memiliki kecerdasan intelektual, kecerdasan spritual
dan kecerdasan emosional. Hal ini dikuatkan dengan pernyataan prof Taufiq
bahwa, walaupun kiat-kiat menjadi sukses itu beribu dan bermacan caranya, akan
tetapi cara yang paling cepat adalah cara yang langsung direkomendasikan dalam
al Quran sebagaimana dalam QS Al-Mujadilah ayat 11 yang menyatakan bahwa kiat-kiat
menjadi sukses yang akan diangkat derajatnya oleh Allah itu ada 2 poin yakni, beriman
dan berilmu. Maka, lembaga pendidikan yang menjawab terhadap dua poin tersebut
adalah pesantren, dimana anak-anak akan dibiasakan dalam laku spitual guna
meningkatkan keimanan dan akan dioptimalkan dalam pendidikan akademik guna meningkatkan
intelektual. Beliau Prof Taufiq menyatakan "kalau bukan karena pondok
pesantren, maka susah kita membangun kesadaran dan mendidik anak". Dengan
demikian, dalam pungkas acara ini Prof taufiq menekankan dua hal penting untuk
santri yakni berbakti pada orang tua dan guru. "Minta ridhonya, pinta
maaf nya maka percayalah bahwa kesuksesan kalian akan melebihi
kecepatan cahaya"
Akhir
acara parenting ini, ditutup dengan sesi pembacaan surat kasih dari siswa MA
Alif laam Miim kepada orang tua. Diantara sekian surat yang dibacakan tidak ada
satupun yang berisi tentang keinginan dan pinta ananda. Seluruh surat yang
tertulis berisi untaian permohonan maaf, terimakasih dan rasa bangga kepada
orang tua. Pada moment ini, semua haru menangis bercampur rasa bangga, betapa
santri MA Alif Laam Miim telah tumbuh menjadi anak-anak dewasa yang penuh
dengan rasa kasih kepada orang tuanya. Prof Taufiq kembali mengingatkan, bahwa
tugas santri di pondok adalah belajar bukan kesempurnaan.
"Lelahmu
di pondok tidak selelah ibu mu mendoakan dan membimbing mu, bekerja keras mu di
pondok tidak selelah kerja keras ayah mu mencari rezeki"
Prof Ahmad Taufiq
Salam Ta'dzim, Zuhrotul Maryam





.jpeg)
.jpeg)